Minggu, 26 April 2020

Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun dan Malu

Guru Madrasah
Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan. Menurut Q.S Ali Imran/33 : 77 bahwa orang-orang yang ingkar janji dan melanggar sumpah akan mendapat azab yang pedih dari Allah Swt. Dalam al-Ahzab/33:70 Allah Swt. memerintahkan orang-orang beriman untuk bertakwa dan berkata benar.

Santun adalah berkata lemah lembut dan bertingkah laku halus dan baik. Ucapannya lemah lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Q.S. al-Baqarah/2:83 memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada manusia.

Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, serta merasa sangat tidak enak hati jika melakukan perbuatan tercela. Malu merupakan benteng pertahanan seseorang dalam menghindari perbuatan maksiat dan merupakan faktor pendorong untuk melakukan kebaikan. Sumber sifat malu adalah keimanan dan pengakuan akan keagungan Allah Swt.

A. Jujur
Jujur dilihat dari segi bahasa adalah mengakui, berkata, atau pun memberi suatu informasi yang sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi/ kenyataan. Dari segi bahasa, jujur dapat disebut juga sebagai antonim atau pun lawan kata bohong yang artinya adalah berkata tau pun memberi informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran. Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan.

Jika setiap orang memiliki sifat jujur semacam ini maka kehidupan akan berjalan harmonis dan mendapat keberkahan dari Allah Swt. Jika kecurangan dan dusta merajalela maka akan terjadi kehancuran dan malapetaka.

Kalian adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Bangsa kita membutuhkan seorang pemimpin yang berakhlak mulia, adil, dan jujur. Seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi rakyatnya. Oleh karena itu kalian harus berlatih dan membiasakan bersikap jujur mulai sekarang. Perhatikan Q.S Ali Imran 3:77 berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ يَشْتَرُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَأَيْمَانِهِمْ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَٰئِكَ لَا خَلَاقَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿ ٧٧
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga murah, mereka itu tidak memperoleh bagian di akhirat, Allah tidak akan menyapa mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari Kiamat, dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih”. (Q.S. Ali Imran/3:77)

Ayat di atas menegaskan bahwa orang-orang yang ingkar janji dan melanggar sumpah akan mendapat azab yang pedih dari-Nya. Allah tidak akan menyapa dan memperhatikan mereka pada hari kiamat. Setiap janji harus dilaksanakan karena janji adalah hutang.

Allah Swt. memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertakwa dan berkata benar. Perhatikan Q.S. Al Ahzab 33: 70 berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ﴿ ٧٠

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”. (Al Ahzab/33:70)

Ternyata sikap jujur memiliki beberapa manfaat, berikut ini manfaat bersikap jujur.
  1. Jujur akan melahirkan ketenangan. Orang jujur akan tenang dan percaya diri karena tidak ada ketakutan sedikit pun. Sebaliknya, seorang pembohong akan gelisah dan takut kebohongannya terbongkar.
  2. Orang jujur akan dicintai oleh manusia. Sudah menjadi tabiat dasar bahwa setiap manusia menyukai kejujuran. Tanpa memandang suku, agama, dan ras, orang yang jujur pasti disukai semua manusia.
  3. Jujur akan mendatangkan keberkahan dari Allah Swt. Setiap rejeki yang didapatkan dengan jujur, akan mendapat berkah dari Allah Swt.

B. Santun
Santun adalah berkata lemah lembut serta bertingkah laku halus dan baik. Kesantunan seseorang akan terlihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Ucapannya lemah-lembut, tingkah lakunya halus serta menjaga perasaan orang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa santun mencakup dua hal, yakni santun dalam ucapan dan santun dalam perbuatan. Allah Swt. mencintai sikap santun sebagaimana tertuang dalam hadis berikut.
Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun dan Malu
Artinya􀀛 “Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. bersabda kepada Al Asyaj Al ‘Ashri: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sikap yang dicintai oleh Allah; yaitu sifat santun dan malu.” (H.R. Ibnu Majah)

Allah Swt. memerintahkan agar bertutur kata yang baik kepada sesama manusia, sebagaimana rman Allah Swt. Q.S. al-Baqarah/2:83.

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ ﴿ ٨٣
Artinya “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orangorang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.” (Q.S. al-Baqarah/2:83)

Melalui ayat tersebut Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk bertutur kata yang baik kepada manusia. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sikap santun, di antaranya:
  1. Mudah diterima oleh orang lain. Sikap santun akan menjadikan seseorang disenangi orang lain, sehingga mudah diterima oleh orang lain.
  2. Menunjang kesuksesan. Banyak pengusaha sukses ditunjang oleh sikap santun yang ditunjukkannya. Pembeli, pelanggan, karyawan dan rekan sejawat akan senang bergaul dengannya. Relasinya bertambah banyak, sehingga akan menambah kesuksesannya.
  3. Dicintai Allah Swt. dan Rasul-Nya. Allah Swt. mencintai hamba-Nya yang memiliki sikap santun. Rasulullah saw. juga demikian, bahkan beliau juga memiliki sikap lemah lembut dan santun yang luar biasa.

C. Malu
Malu adalah menahan diri dari perbuatan jelek, kotor, tercela, dan hina. Sifat malu itu terkadang merupakan sifat bawaan dan juga bisa merupakan hasil latihan. Namun demikian, untuk menumbuhkan rasa malu perlu usaha, niat, ilmu serta pembiasaan. Rasa malu merupakan bagian dari iman karena dapat mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan mencegahnya dari kemaksiatan. Mari kita perhatikan hadis berikut ini.
Seseorang disebut jujur apabila berkata apa adanya dan sesuai kenyataan Mengasah Pribadi yang Unggul dengan Jujur, Santun dan Malu
Artinya: Dari Abu Hurairah dari Nabi saw., beliau bersabda: “Iman adalah pokoknya, cabangnya ada tujuh puluh lebih, dan malu termasuk cabangnya iman.” (H.R. Muslim)

Hadis di atas menegaskan bahwa malu merupakan salah satu cabang iman. Seseorang malu untuk mencuri bila ia beriman, malu berdusta bila ia beriman. Seorang wanita malu membuka atau menunjukkan auratnya jika ia beriman. Jika sifat malu berkurang dan mulai luntur maka pertahanan diri dalam menghadapi godaan nafsu mulai menipis. Ada beberapa manfaat dari sifat malu, di antaranya:
  1. Mencegah dari perbuatan tercela. Seorang yang memiliki sifat malu akan berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan tercela, sebab ia takut kepada Allah Swt.
  2. Mendorong berbuat kebaikan. Rasa malu kepada Allah Swt. akan mendorong seseorang berbuat kebaikan. Sebab ia tahu bahwa setiap perbuatan manusia akan dibalas oleh Allah Swt. di akhirat kelak.
  3. Mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridai Allah Swt. Orang-orang yang memiliki rasa malu akan senantiasa melaksanakan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya.