Sabtu, 18 April 2020

Contoh Teks Fiksi Sejarah

Guru Madrasah
Karangan fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau imajinasi pengarang. Fiksi sejarah adalah kisah-kisah fiksi (rekaan atau khayalan) yang diinspirasi dari sejarah. Pada karya fiksi sejarah plot, alur, adegan, dialog, dan penokohannya, terinspirasi oleh sejarah. Teks fiksi sejarah dapat berupa novel, legenda maupun roman. Pada teks fiksi sejarah biasanya isi cerita dibuat semenarik mungkin agar pembaca tidak bosan. Tujuan penulisan teks fiksi sejarah adalah untuk mempengaruhi pembaca mengikuti pendapat penulis dan menghidupkan emosi pembaca.

Pada tulisan ini akan disajikan contoh teks fiksi sejarah yang berisi tentang cinta tanah air, persatuan, dan kerja sama untuk mencapai satu tujuan. Dalam teks ini disertakan informasi tentang pentingnya menjaga keutuhan wilayah Indonesia dari serangan/ancaman negara lain. Tokoh-tokoh dalam cerita adalah rekaan, namun fakta yang disajikan adalah tentang sejarah perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Perhatikan penggunaan kosakata baku, huruf besar, dan tanda baca.

Bangsaku Merdeka
Namaku Udin, saat itu aku masih berumur 12 tahun dan sudah tidak bersekolah karena semua sekolah diliburkan. Menurut Bu Guru sekolah diliburkan karena akan ada acara yang sangat penting bagi sejarah Bangsa Indonesia. Untuk itu sejak pagi-pagi hari sekali kami sudah mempersiapkan semuanya. Sebagaimana yang diminta oleh ayahku aku supaya bersiap-siap bersama dengan Ibu dan Adiku. Kami tidak sarapan pagi karena saat itu adalah Bulan Ramadhan.

Kami berempat keluar dari rumah pukul 09.30 kami berjalan menyusuri jalan-jalan yang saat itu kelihatan sangat sepi. Dalam hati aku heran kemana senua orang-orang yang biasa lalu lalang?  Kami terus berjalan dan akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur dengan nomor rumah 56. Tampak dari jauh rumah tersebut bercat putih dengan sebuah tiang bendera dari bambu yang berdiri di tengah halaman. Kami berdiri agak jauh dari rumah itu karena saat itu jalanan sangat rama oleh orang yang lalu lalang.

Aku heran mengapa banyak sekali orang berkumpul di halaman rumah tersebut. Barisan pemuda berbaris dengan rapi, para undangan juga duduk dengan rapi. Di bagian luar rumah berbagai lapisan masyarakat, seperti petani, pedagang kelontong, nelayan, pegawai negeri, tua, dan muda. Mereka datang berbondong-bondong membawa bambu runcing, batu, sekop, tongkat, parang, golok, atau apa saja yang dapat mereka bawa. Itu menunjukkan tekad berani mati demi mempertahankan kemerdekaan.

Dari jauh aku mendengar mereka berteriak "Sekarang, Bung. Sekarang! Nyatakanlah sekarang! Nyatakanlah sekarang!. matahari sudah mulai meninggi dan panas".  Ternyata mereka sudah tidak sabar menunggu dan merasa khawatir karena ketika itu tentara Jepang masih berkuasa dengan persenjataan amat lengkap. Mereka khawatir Balatentara Dai Nippon akan menghalang-halangi proklamasi kemerdekaan.
 Karangan fiksi yaitu karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan kha Contoh Teks Fiksi Sejarah
Setelah beberapa lama kami menunggu dari dalam rumah putih tersebut keluar dua orang menggunakan stelan kemeja putih. Salah satu dari orang tersebut membacakan selembar kertas. Dengan suara yang tegas beliau membacakan isi dari kertas tersebut.

PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 Agustus 1945
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA

Saya sangat terharu menyaksikan sebuah peristiwa besar dalam perjalanan bangsaku. Teks Proklamasi itu dibacakan di sebuah rumah yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, di rumah bercat putih. Betapa bangga aku telah menjadi bagian dari kemerdekaan Tanah Airku. Harapanku semoga Bangsa ini terus bersatu dan damai karena tidak ada yang lebih berharga selain kemerdekaan dari penjajahan. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu bahasa: Indonesia. Kami pulang dengan rasa bangga karena bangsaku sudah merdeka.